ANGIN DAN KEGUNAANNYA

 


Pendahuluan

Di dalam ilmu meteorologi ada pembahasan tentang tema angin. Angin merupakan udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu atau temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.[1]

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemahamann Al-Qur’an khususnya tentang angin fdan kegunaannya. Manfaat dan pengaruh angin sangat besar, tidak terbyangkan bagaimana jika kehidupan alam dunia tanpa adanya angin, pasti awan tidak akan menurunkan hujannya disebabkan tidak bertiupnya angin, karena proses terjadinya hujan juga karena adanya tiupan angin. Dan jika awan tak menurunkan air, pasti kehidupan bumi menjadi gersang dan tidak akan ada tanda-tanda kehidupan. 

Bertiupnya angin merupakan salah satu nikmat dari Allah yang sudah seharusnya disyukuri. Karena dengan adanya tiupan angin, udara menjadi bersih, berbagai penyakit menjadi hilang dan berbagai manfaat yang besar pun datang seiring dengan bertiupnya angin. Namun terkadang bertiupnya angin juga menjadi sebuah bencana dan peringatan dari Allah SWT sebagai siksaan dan hukuman bagi para pelanggar aturan-aturannya. Angin datang dengan bentuk bencana seperti angin topan, angin puting beliung dan masih banyak lagi yang dimana angin ini menghancurkan berbagai hal yang ada di muka bumi, mulai dari manusia, tumbuhan, lingkungan dan berbagai binatang.

Adanya angin menjadi salah satu di antara tanda kekuasaan Allah yang sangat besar, dan menjadi bukti keesaan-Nya bahwa Allah benar-benar esa dan segala urusan berada pada genggaman-Nya diatur penuh oleh diri-Nya. Angin bertiup mengikuti perintah-Nya dan dengan

 

seizin-Nya. Semua tiupan angin merupakan perintah dari Allah, terkadang tiupan angin membawa kabar gembira dan rahmat dari Allah. Dan di lain waktu angin juga bisa menjadi azab dan cobaan dari Allah.[2]

Dalam al-Qur’an juga ditemukan pembahasan tentang angin, antara lain: dalam surah al-A’raf (7:57), an-Nahl (16:65), al-Mu’minun (23:18), an-Nur (24:43), al-Furqan (25:48-50), ar-Rum (30:48), as-Sajdah (32:27), Fussilat (41:39), dan al-Mulk (67:30). Dalam surah Al Hijr (15:22) misalnya, Allah berfirman:

 وَأرَْسَلْن اَ ال رِّياَ حَ لوََاق حَِّ فأَنَْزَلْنَ ا مِّ نَ السَّمَا ءِّ مَا  ء فَأسَْقيَْنَاكمُُو هُ وَمَ ا أنَْت مُْ ل هَُ بخَِّازِّنِّي نَ

Dan kami meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari awan, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukan kamulah yang menyimpanya.”

Menurut ahli botani pada zaman modern sekarang ini, berpendapat bahwa angin merupakan fsalah satu aktor penting dalam pembuahan banyak jenis tanaman. Seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an berabad-abad lalu sebagai alat pembuahan.  Sedangkan dalam alQur’an, merangkaikan jatuhnya hujan dari angkasa dengan mengirimkan angin, dengan    meniupkanya. Istilah ilmiahnya adalah konvergensi. Kedua gejala ini, yang ada dalam ayat di atas dihubungkan satu dengan lainya, adalah uraian yang sesuai dengan fakta ilmiah modern yang menjadi landasan pokok orang untukmenerangkan proses terjadinya hujan

Pengertian Angin dalam Al-Qur’an

Angin adalah gerakan (biasanya horizontal) dari udara relative terhadap permukaan bumi. Sirkulasi atmosfer secara umum (pola-pola angin dan tekanan dalam setiap tahun atau setiap musim) disebabkan oleh adanya perbedaan dalam jumlah radiasi yang diterima permukaan bumi. Akan tetapi, ini dimodifikasi oleh rotasi bumi, adanya halangan-halangan berupa gunung, penyebaran daratan dan laut,dan posisi-posisi dari arus laut. Meskipun polapola sirkulasi angin yang dihasilkan bersifat komplek,mereka dapat disederhanakan menjadi suatu menjadi suatu rangkaian sabuk-sabuk. Pemanasan permukaan, yang mencapai titik tertinggi pada ekuator, menciptakan suatu sabuk bertekanan rendah –the intertropical convergence zone (ITCZ, zona konvergensi interrtropical) – ke mana aliran udara dari belahan bumi utara dan selatanmengumpul. Pada tiap-tiap sisi dari ITCZ terdapat angin pasat: angin

 

pasat timur laut pada belahan bumi utara dan angin pasat tenggara pada belahan bumi selatan. Angin-angin pasat di pisahkan dari angin barat – angin yang dominan pada daerah garis lintang tengah dari kedua belah bumi – oleh sabuk bertekanan tinggi subtropis (garis lintang kuda), yang terletak antara sekitar 30° dan 35° garis lintang Dekat dengan kutub-kutub adalah angin timur kutub, dipisahkan dari angin barat oleh palung-palung bertekanan rendah subkutub.[3]

Menurut Soekardi Wisnubroto angin adalah pergerakan udara pada arah horizontal atau hampir horizontal. Sedangkan pergerakan arah vertical dinamai aliran udara. Sirkulasi atmosfer secara umum, pola-pola angin dan tekanan dalam setiap tahun atau setiap musim disebabkan oleh adanya perbedaan dalam jumlah radiasi yang diterima permukaan bumi. Namun, ini dimodifikasi oleh rotasi bumi, adanya halangan-halangan berupa gunung, penyebaran daratan dan laut, dan posisi-posisi dari arus laut. Angin juga memiliki pengertian tersendiri menurut Al-Qur’an.

Menurut Turyanti dan Efendi, angin adalah dinamika perpindahan massa udara secara mendatar (horizontal), yang pada umumnya diukur dalam dua para meter yaitu kecepatan dan arah. Gerak vertical massa udara dapat diabaikan karena gerak vertical setara dengan gaya grafitasi. Kecepatan angin umumnya di ukur dengan anemometer sedangkan arah angin diukur dengan panah angin (wind vane) dan kantong angin (wind sack). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengukuran angin sudah dilakukan dengan mengunakan teknologi penginderaan.Angin adalah massa udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Selain itu menurut Pariwono dan Manan,angin didefinisikan sebagai gerakan udara mendatar (horizontal) yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara ( tekanan tinggi ke tekanan rendah) disekitarnya. Gradien tekanan disebabkan oleh adanya perbedaan suhu udara maka imiplikasinya adalah semakin besar pula angin yang bertiup atau massa udara yang bergerak menuju satu lokasi tertentu.

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan angin adalah udara yang bergerak. Gerakan angin berubah-rubah, kadang kuat dan kadang lemah. Sedangkan Muhammad al-Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa angin diciptakan dalam keadaan bisa berubah-rubah. Angin  halus  dan  lembut. Kemudian Allah SWT merobahnya

 

sesuai dengan  cara  yang memberikan manfaat besar yang diperlukan oleh manusia, hewan dan tumbuhan.

Macam-macam angin 

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata yang digunakan untuk mengungkapkan makna angin. Kata yang paling jelas mempunyai makna angin adalah kata ar-Rih. Sedangkan kata yang disebutkan sebagai macam dari angin selain ar-rih ada juga seperti I’sarun, azZariyat, al-Mursalat, al-Asifat.

1.      Ar- Riyah

Secara terminologi menurut Muhamad Farid Wajdi kata ريح adalah arus peredaran udara,rahmat serta pertolongan. Menurut M Qurais Shihab, riyah berarti aneka angin. Angin memiliki empat macam 1. Angin arah selatan adalah angin darat 2. Angin arah utara adalah angin laut 3. Angin timur 4. Angin barat. Sedangkan berdasarkan perubahan udara ada empat musim. 1). Musim semi (ar-rabi’ َّالر, بيع ) musim pertama mempunyai sifat panas lagi lembab. Pada masa ini tumbuh-tumbuhan tumbuh dan berkembang. 2) musim panas ash-shaif ( ال صيفَّ) udara pada musim ini lagi panas dan kering. Buah-buah pada masa ini menjadi matang dan biji-bijian mengering. 3) musim gugur (al-kharf ، اخل  ريفَ)udara pada musim ini panas lagi kering. Maka berakhirlah matangnya buah. 4) musim dingin (asy-syita’   ال  شتا ء) udara pada musim ini dingin lagi basah. Banyak hujan dan salju.

Sedangkan kata rih (tunggal) memiliki arti bencana. Kata Ar-Rih dalam bentuk tunggal terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 19 kali yang tersebar dalam berbagai surah. Ayat-ayat AlQur’an menggunakan kata riyah dalam berbagai konteks, di antaranya menyebutkan sifat-sifat angin, yaitu:

a.       Angin baik, yang dengannya kapal bisa bergerak (QS.Yunus (10):22)

b.      Angin badai, yang menenggelamkan kapal (QS.Yunus (10):22)

c.       Angin topan yang menenggelamkan orang-orang kafir (QS.Al-Isra’ (17):69)

d.      Angin dingin yang bisa merusak tanaman (QS.Ali Imran (3):117)

e.       Angin kencang yang meniup benda di sekitarnya (QS.Ibrahim (14):18)

f.        Angin yang membinasakan orang kafir seperti kaum Ad’ (QS.Al-Ahqah

(46):24, QS.Al-Haqqah (69):6, QS. Fushilat (41):16, dan QS.Al-Qamar (54):19)

Adapun kata riyah terulang dalam al-Qur’an sebanyak 10 kali, antara lain dalam QS.alA’raf (7)57, yang merupakan prediksi akan adanya rahmat Allah (hujan dengan adanya awan mendung).[4]

Tantawi jauhari mengatakan hal yang sama bahwa Allah adalah Dzat yang mengirimkan angin sebagai pembawa kabar gembira tentang kedatangan hujan. Sesunguhnya angin itu berhembus membawa partikel-partikel air yang berasal dari laut dan berhembus kearah pengunungan dan disanalah partikel-partikel air berkumpul dan membentuk awan    mendung yang kemudian di hembuskan kedaerah-daerah yang tandus. Maka turunlan  hujan  yang membuat tumbuh-tumbuhan pada tumbuh subur.[5]

2.      I’sarun (Angin sebagai badai)

I’sarun secara harfiayah dalam bahasa Indonesia di artikan sebagai angin badai. Jamak dari lafazd i‟ṣārun adalah aa’ṣir/aa’ṣiru. yaitu zona tekanan udara lembut, yang mana pergerakannya terfokus dari sumber angin.Menurut Al-Zujaj lafadz I’ṣarun adalah  angin yang membawa   debu   berterbangan   sampai   kelangit,yang mana  orang-orang biasa menyebutnya dengan “angin topan.[6]

Kata I’sarun hanya disebut 1 kali saja didalam Al-Qur’an, yaitu pada surah Al-Baqarah ayat 266:

 ايََوَ د  احََدكُُمْ  انَْ  تكَُوْنَ  لَ ه  جَنَّة    مِّنْ  نخَِّّيْ ل  وَّاعَْنَا  ب تجَْرِّيْ  مِّ نْ تحَْتهَِّا الْْنَْهٰر لَ  ه فِّيْهَا مِّنْ  كُ  لِّ الثمََّرٰ  تِّ وَاصََابهَ ُ الْكِّبرَُ  وَلَ  ه ذ رُِّيَّة   ضُعفََاۤ ءُ  فَاصََا بهََ ا  اِّعْصَا ر  فِّيْهِّ  نَا ر  فَاحْترََقَ تْ ۗ  كَذٰلِّكَ  يبَُ يِّنُ  اللّٰ ُ لكَُ مُ الْْٰيٰ تِّ لعَلََّكُ مْ

  .ࣖ تتَفَكََّرُوْنَ

Artinya: Adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya.

Tantawi al-Jauhari berpendapat bahwa setiap udara yang bergerak dinamai dengan angin, dan yang paling mengagumkan dari angin adalah kecepatan angin menurut kadar kecepatanya. 

Apabila menunjukan kira-kira 72° maka  kecepatanya  sampai  1 Mil/jam dan apabila tekanan 

 

udara sampai 88° maka kecepatanya sampai 2 mil/jam dan apabila tekanannya sampai 48°  maka kecepatanya sampai 3 mil/jam dan kebanyakan angin yang memiliki hembusan sangat  kuat dinamakan dengan zauba’ah (angin topan), I’sarun (angin topan)  yang sangat merusak,    yang mana kecepatanya sampai 84 mil dalam satu jam dan bertambah sampai 91 mil pada 2 jam kemudian, dan biasanya juga sampai 120 mil/jam bahkan lebih.[7]

3. Al-Dzariyat (Angin yang menerbangkan)

Dzarwun merupakan masdar dari kata zara-yazru-zarwun yang secara umum berarti “berjalan cepat’’ atau “terbang”. Kata zarwun dalam Al-Qur’an didalam segala bentuk terulang tiga kali. Salah satunta kata zarwun dengan arti “angin” dan “diterbangkan‟ terdapat pada surat Aż-Żāriyāt ayat 1:

 وَالذرِّٰيٰ تِّ ذرَۡ وا

Artinya: Demi (angin) yang menerbangkan debu[8]

Ada juga angin yang sangat keras dan kencang bercampur dengan udara dingin, suaranya menderu sangat kencang namun tanpa hujan, angion itu sering disebut dengan angin Sharshar. 

4. Al- Ashif (angin kencang namun tidak merusak)

Aṣf (فصَعْ) adalah bentuk Masdar dari kata kerja ‘asafa-ya’zifu yang mempunyai makna ringan dan cepat. Dari makna tersebut, berkembang artinya menjadi antara lain: “kencang/rebut” (angin) karena dengan ringan ia bergerak cepat: “jerami” karena buahnya sudah tiada, sehingga menjadi ringan. Dalam Tafsir al-Maraghiy dijelaskan yang dimaksud dengan al- ‘Asifa dalah yang meniup keras segala sesuatu dan merusakkannya

Kata asf  disebutkan sebanyak 3 kali didalam Al-Qur’an yaitu dalam surah Ar-Rahman ayat 12, surah Al-Mursalat ayat 2 dan  surah Al- Fil ayat 5 sebagai berikut:

 فجََعلَهَُمْ  كَعَصْ  ف مَّأكُْو   ل

Artinya: Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)[9]

 

 Nabi Sulaiman dikaruniakan oleh Allah dapat menguasai angin, sehingga angin tersebut bisa bertiup sebagai as-shifah. Dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Ambiya’ ayat 81: 

 وَلِّسُليَْمٰنَ  ال رِّيْحَ  عَاصِّفَة   تجَْرِّيْ  بِّامَْرِّ  ه  اِّلَى الَْْرْضِّ  التَِّّيْ  بٰرَكْنَا فيِّْهَ اۗ وَكُنَّا بِّكُ لِّ  شَيْ ء  عٰلِّمِّيْنَ

Artinya: “Dan kami (tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu”

 Dalam ayat ini dijelaskan bahwa dengan izin Allah SWT Nabi Sulaiman dapat mengendalikan angin, sesuai perintah dan izinnya. Jika Nabi Sulaiman menghendaki bersegeranya perahu-perahu yang mengangkut barang dan pasukan, maka beliau berdoa kepada Allah SWT, sekiranya angin itu bisa berhembus keras guna mendorong lajunya  perahu.  Apabila beliau menghendaki angin segar yang menghembus sepoi, maka teradi atas izin Allah SWT.Angin yang ditundukkan kepada Nabi Sulaiman pada dasarnya angin yang baik, yang tidak merusak. Walaupun angin tersebut dalam keadaan ‘ashifahyakni sangat kencang, namun dia tetaptidak menghancurkan sesuatu.[10]

 

5. ‘Aqiim (angin yang tidak membawa keberkahan apapun)

 Dalam tafsir Al Maraghiy dijelaskan apa yang dimaksud dengan ak- ‘aqiim. al-aqiim adalah angin yang didalam hembusannya tidak mengandung unsur keberkahan maupun kebaikan, serta tidak dapat membantu penyerbukan tumbuhan dan tidak pula membawa hujan.[11] Dan angin ini memiliki kecepatan rata-rata 80 km/jam. Seperti yang terdapat dalam surah al- Dzariat ayat 41:

 وَفِّى عَا  د إِّ ذْ أرَْسَلْنَا عَلَيْهِّمُ  ٱل رِّيحَ  ٱلْعَقِّي مَ

Artinya: “Dan juga pada kisah Aad ketika Kami kirimkan merekla angin yang membinasakan”

Angin ini disebut ‘Aqiim (membinasakan) karena dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa

Allah SWT telah mengirim kepada kaum ‘Ad angin yang sangat dingin dan amat kencang, serta tidak membiarkan seorang pun di antara mereka yang berkeliaran  maupun menyalakan api. Dan juga tidak membiarkan satu bangunan atau istana kecuali dijadikan Allah SWT binasa dan hancur luluh.

 

Disebukan juga dalam tafsir Al Misbah bahwa al ‘aqiim adalah angin hitam yang membinasakan kaum ‘ad karena dinginnya yang menyengat atau panas uang sangat menggerahkan. Angin ini menjadikan kaum ‘ad seperti serbuk atau tulang belulang yang hancur. 

 

Manfaat angin dalam perspektif Al-Qur’an

1.      Angin membantu proses pembuahan dalam tumbuhan

Dalam proses perkawinan tumbuhan, tumbuhan memerlukan angin untuk proses pembuahannya. Karena peran angin sangat penting, sehingga Ketika dalam proses pembuahan tidak diberikan peran angin maka pembuahan tumbuhan akan terhambat. Jadi bukan hanya manusia dan hewan yang membutuhkan angin, namun tumbuhan juga membutuhkan angin untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya.[12] Dan di dalam Al-Qur’an juga disebutkan berabad-abad yang lalu bahwa angin berfungsi untuk alat pembuahan. Angin juga merupakan factor penting yang mengendalikan awan sehingga. Angin menaburi awan dengan nucleus (inti sel) dari kondensasi dan mengumpulkan di angkasa menjadi hujan,[13]

2.      Angin menggerakkan awan

Angin dan awan memiliki beberapa interaksi, dan interaksi tersebut tentunta memiliki beberapa manfaat. Antara lain:

a.       Menggerakkan permukaan air untuk menaikkan tetesan air di permukaan ombak.

b.      Menggerakkan awan setelah pembentukan dan penaikannya dengan mengambil uap air ke lapisan atas pada atmosfer

c.       Mengendalikan pergerakan awan

d.      Memisahkan awan yang membawa hujan dan mendistribusikan ke tempat yang berbeda[14]

3. Awan menurunkan hujan

Angin membuat pergerakan antar bagian awan tebal, yang mana pergerakan tersebut menyebabkan pertambahan jumlah uap air dalam perjalannya. Setelah awan sudah tidak mampu menahan beban uap air, maka jatuhlah air itu ke bumi dalam bentuk hujan dari celah-celah tindihan-tindihan uap air atas kehendak Allah. Maka dari itu

 

angin sangat berperan penting dalam proses pembentukan hujan yang mana tertulis juga dalam Al-Qur’an dalam surah Al- Rum (30:48):

 اَللُّٰ  الَّذِّيْ   يرُْسِّلُ   ال رِّيٰحَ   فَ تثُِّيْ رُ  سَحَا با  فَيبَْسُطُ ه   فِّى  السَّمَاۤءِّ   كَيْفَ   يشََاۤءُ   وَيجَْعلَ هُ   كِّسَف ا  فَترََى  الْوَدْقَ   يخَْرُجُ   مِّنْ

 خِّلٰلِّ  ه  فَاِّذ اَ  اصََا بَ بِّ ه  مَنْ  يشََّاۤ ءُ مِّنْ  عِّباَدِّ   ه اِّذاَ هُ مْ يسَْتبَْشِّرُوْ  نَ

Artinya: Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpalgumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira”

Kesimpulan

Angin dalam al-Qur‘an ialah udara yang bergerak. Udara yang bergerak memiliki tingkat dan daya kekuatan hembusan yang berbeda-beda tergantung di daerah mana angin terbentuk.

Dalam al-Qur‘an angin bisa di kelompokan menjadi dua angin positif yang diungkapkan dengan kata riyāh dan angin negatif yang biasa diungkapkan dengan rīh. Angin positif adalah kumpulan angin yang membawa segala kebaikan, yang mana angin ini adalah angin yang membawa berita datangnya hujan, yang membantu proses turunnya hujan serta membantu proses pembuahan pada tumbuhan. Sedangkan angin yang bersifat negatif adalah macammacam angin dengan segala kekuatan hembusanya. Dalam hal ini angin dikategorikan ke dalam beberapa macam. 1. Angin baik 2. Angin hampir badai 3. Angin badai 4. Angin dingin. Sedangkan dalam ungkapan i’sārun, al-Żāriyāt, dan al-‘Āṣifatmenggambarkan tentang angin badai. Adapun dengan ungkapan rīhukum, al-Mursalāt digambarkan sebagai kekuatan dan juga malaikat yang membawa pesan dengan cepat

Daftar Pustaka

Ahmad, Yusuf al-Hajj. Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa (Solo:Aqwam, 2016)

Aisyah Siti. Awan dan Angin dalam Perspektif Al-Qur’an Sains, (Jakarta, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2020)

Al-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Qur’an tentang Alam Semesta (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 

Al-Maraghiy. Tafsir Al-Maraghiy, Penerj. K. Ansori Umar Situnggal (Semarang, 1989) Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta,1971  https://tafsirweb.com/13042-surat-al-fil-ayat-5.html diakses pada kamis 12 Oktober 2023 pukul 19:39

Ilyas dan Abu Bakar. Konsep al- Qur’an Tentang Lingkungan Hidup (Pekanbaru: Suska Press, 2008) 

Imam, Saiful. Angin dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Tafsir Al-Qur’an dengan Pendekatan sains), (Semarang, Skripsi UIN Walisongo 2018)

Jauhari, Tantawi. Al Jawahir fi Tafsir al Qur’an al Karim, (mesir, Musthafa al Babi al Halabi) Jilid 1

Muslim. Perspektif Al-Qur’an Tentang Angin (Al-Miskiyah, Jurnal Kajian dan Tafsir, 2020)

Puadah. D. S. (2016). Penafsiran ayat-ayat tentang angin menurut Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah (Doctoral dissertation, UIN Walisongo)

Rahman, Afzalur. Ensiklopediana Ilmu dalam al-Qur’an. Bandung: Mizan. 2007.

Ridha, Nikmah Rasyid. Bencana Angin dan Banjir dalam Al-Quran. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2013.

Rozi, Ahmad Fachrur. Angin dalam Al-Qur’an (Studi Penafsiran Tantawi Jauhari dalam Kitab Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an  Al-Karim), (Yogyakarta, Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2016)

Sanusi. "Integrasi al-Quran, Sains dan Ilmu Sosial sebagai Basis Model Pengembangan Materi Ajar IPS di Madrasah" Jurnal IJTIMAIYA. 2017

Shihab, M Quraish. Ensiklopedia Al-Qur’an kajian kosa kata, (lentera hati), jilid 2 cet 1, 2017

Thayyarah, Nadiah. “Buku Pintar Sains Setiap Fenomena” (Jakarta: Zaman, 2014) 

 

 



[1] Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an. Penerjemah M Zainal Arifin dkk (Zaman, Jakarta, 2013) h. 506

[2] Saiful Imam, Angin Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Tafsir Al-Qur’an dengan Pendekatan Sains), (Semarang, 2018) h.10 

[3] Elizabeht A Martin, Kamus Sains, terj Ahmad Lintang Lazuardi, pustaka pelajar,Yogyakarta, 2010. h, 45

[4] M Quraish shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an kajian kosa kata, lentera hati, jilid 2 cet 1, 2017, h Dz33

[5] Tantawi Jauhari, Al Jawahir fi Tafsir al Qur’an al Karim,mesir, Musthafa al Babi al Halabi. Jilid 1h 155

[6] Nadiah Thayyarah, “Buku Pintar Sains Setiap Fenomena” (Jakarta: Zaman, 2014) hal.167

[7] Tantawi Jauhari, Al Jawahir fi Tafsir al Qur’an al Karim,mesir, Musthafa al Babi al Halabi. Jilid 1h 155

[8] Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta,1971 h. 40

[9] https://tafsirweb.com/13042-surat-al-fil-ayat-5.html diakses pada kamis 12 Oktober 2023 pukul 19:39

 

[10] Muslim, Perspektif Al-Qur’an Tentang Angin (Al-Miskiyah, Jurnal Kajian dan Tafsir, 2020) hal.73

[11] Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, Penerj. K. Ansori Umar Situnggal (Semarang, 1989)

[12] Ilyas Abu Bakar, Konsep al- Qur’an Tentang Lingkungan Hidup (Pekanbaru: Suska Press, 2008) hal.58

[13] Muhammad Jamaluddin al-Fandy, Al-Qur’an tentang Alam Semesta (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal.32-33

[14] Yusuf al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa (Solo:Aqwam, 2016) hal.107

Posting Komentar

0 Komentar