TATA CARA DAN METODE QIRA’AT JAMA’ SUGHRO DAN KUBRO

 

A. Latar Belakang

Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu dalam Ulumul Qur’an, namun tidak banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, diantaranya adalah ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadits, dan tafsir misalnya, yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. 

Hal ini dikarenakan ilmu Qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia. 

Membaca Al-Qur’an pada dasarnya mempunyai tata aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT telah mensyariatkan kepada orang yang membaca Al-Qur’an. Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membaca Al-Qur’an. Dalam membaca Al-Qur’an harus dengan tumaninah (khusuk) dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya terus-menerus sesuai dengan tata aturan membacanya. 

Ilmu Qira’at Al-Qur’an juga suatu rangkaian kalimat yang serasi satu dengan yang lainnya. Keserasian kalimat antar kalimat, ayat antar ayat sampai kepada surat antar surat membuat Al-Qur’an dijuluki suatu rangkaian syair yang begitu indah mustahil untuk diserupai. Dalam rangkaian Ulumul Qur’an, keserasian dalam Al-Qur’an disebut mumasabah Al-Qur’an. 

B.     Rumusan Masalah 

1.      Siapa saja Imam Imam Qira’ah Sab’ah dan Perawinya

2.      Bagaimana Tata cara Qira’at dengan Metode Mufrodat

3.      Bagaimana Tata cara Qira’at dengan Metode Jama’ Sughra

4.      Bagaimana Tata cara Qira’at dengan Metode Jama’ Kubro

C.     Tujuan 

1.      Untuk mengetahui imam imam Qira’ah Sab’ah dan Perawinya

2.      Untuk mengetahui tat cara qira’at dengan metode mufrodat

3.      Untuk mngetahui tata cara dengan metode jama’ sughra

4.      Untuk mengetahui tata cara dengan metode jama’ kubro


BAB II

PEMBAHASAN

A. Imam-Imam Qira’ah Sab’ah

Sekelompok orang yang menekuni bacaan (qiraat) al-qur’an. Mereka selalu ingin mengetahui ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur, kemudian mereka menghafalkannya, dan terkadang mereka membacanya dihadapan Nabi Muhammad SAW.[1]

Berikut adalah para ketujuh Imam Qira’at yang terkenal dengan sebutan Qiraat Sab’ah, yang masing-masing diserai dengan dua perawi. Adapun biodata ketujuh Imam Qiraat yang masing-masing disertai dengan dua orang perawi adalah sebagai berikut :

1.      Nafi’

Nama lengkap adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurahman bin Abu Nu’aim al-Laitsi. Lahir pada tahun 70 H dan wafat pada tahun 169 H. Adapun dua orang perawinya adalah Qalun dan Warsy. a. Qalun  

Nama lengkapnya adalah Abu Musa bin Mina Al-Madani, lahir tahun 120 H dan wafat di Madinah tahun 220 H. Beliau adalah seorang guru bahasa Arab yang bergelarr Abu Musa, juga dijuluki Qalun. Diriwayatkan bahwa Nafi’ memberinya nama panggilan Qalun karena keindahan suaranya, sebab kata “qalun” dalam bahasa Romawi berarti baik.

b. Warsy  

Nama lengkap Usman bin Sa’id Al-Misri, lahir tahun 110 H dan wafat tahun 197 H di Mesir. Beliau diberi gelar Abu Said dan diberi julukan Warsy karena beliau berkulit sangat putih.

2.      Ibnu Katsir

Nama lengkapnya adalah Abu Ma’had Abdullah bin Katsir Al-Makki, lahir pada tahun 45 H dan wafat di Makkah tahun 120. Dua perawinya adalah a. Al-Bazzi

 

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bi Abdillah bin Abi Bazzah, seorang muadzin di Makkah lahir tahun 70 H dan wafat di Makkah tahun 250 H. Beliau membaca dari Ikrimah bin Sulaiman Al-Makki, Ikrimah dari Syabal dan Syabal dari Ibnu Katsir.

b. Qunbul 

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Khalid bin Said Al-Makki Al-Makhzumi, lahir tahun 195 H dan wafat di Makkah tahun 219 H. Beliau tallaqi Al-Qur’an dari Abdul Hasan Ahmad Al-Qawwas, AlQawwas dari Abdul Ikhrith, Abu Ikhrith dari Syibl dan Syibl dari Ibnu Katsir.

3.      Abu ‘Amr  

Nama lengkapnya adalah abban bin Al-‘Ala bin Ammar Al-Mazini Al-Bashri. Ia lahir pada tahun 68 H. dan wafat pada tahun 154 H. Dua perawinya adalah  a.  Ad-Duri  

Nama lengkapnya adalah abu umar hafsh bin umar bin abdul aziz ad-duri an-nahwi.

Beliau wafat 246 H.

b.      As-Susi  nama lengkapnya adalah Abu Syuaib shalih bin Ziyad bin abdullah as-susi. Beliau seorang muqri dan tsiqah, Ia wafat tahun 261 H.

4.      Imam Ibn ‘Amir  

                        Nama     lengkapnya     adalah      Abdullah     bin     Amir     Al-Yahshabi.       Lahir

tahun 21 H. dan wafat pada tahun 118 H. Dua perawinya adalah  a. Hisyam  

Nama lengkap Abu al-Walid as-Sullami ad-Dimasyqi. Beliau adalah seorang imam dan mufti penduduk Damaskus. Beliau Lahir pada tahun 153 H. dan wafat pada tahun 245 H.

b.      Dzakwan  

Nama lengkapnya adalah Abu Amr Abdullah bin Ahmad al-Fahri ad-Dimasyqi.

Beliau adalah seorang qori’ di syam dan imam masjid jami’ di Damaskus. Beliau lahir pada tahun 173 H dan wafat pada tahun 242 H.

5.      Ashim

Nama lengkapnya Abu Bakar Ibnu Bahdalah al-Hannath. Beliau adalah penguasa

Bani As’ad qari’, terkemuka di kufah. Beliau wafat di Kuffah tahun 127 H. Dua perawinya adalah  

a.       Syu’bah  

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar bin Iyasy al-Asadi al-Hannath. Beliau lahir pada tahun 95 H dan wafat pada tahun 193 H.

b.      Hafs  

Nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-Kufi al-Bazzaz. Ia lahir pada tahun 90 H.

dan wafat tahun 180 H.

6.      Hamzah  

Nama lengkapnya adalah Abu ‘Umarah al-Kufi at-Taimi. Beliau lahir pada tahun 80 H dan wafat pada tahun 156 H. Dua perawinya adalah a. Khallaf  

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad al-Asadi al-Bazzar al-Baghdadi.

Lahir tahun 150 H dan wafat tahun 229 H.

b. Khallad 

Nama lengkapnya adalah Abu Isa bin Khalid asy-Syaibani asy-Shairafi alKufi. Beliau wafat tahun  220 H.

7.      Al-Kisa’i 

Nama lengkapnya Abu al-Hasan ALI bin Hamzah. Beliau asli berdarah persia (Iran) dan menjadi Imam Kufah dalam bahasa arab. Beliau lahir pada tahun 119 H dan Wafat tahun 189 H. Dua perawinya adalah  a. Abdul Harits 

Nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-Baghdadi. Beliau wafat pada tahun 240 H. 

b. Ad-Duri 

Nama lengkapnya Hafs bin Umar Abu Umar al-Azdi al Baghdadi an-Nahwi adDharir. Beliau wafat pada tahun 246 H.[2]

 

B. Metode Mufrodat

Yang dimaksud dengan metode mufrodat adalah metode mempraktikkan bacaan dari setiap perawi secara tersendiri/tunggal tanpa disertai atau dilanjutkan dengan bacaan dari perawi lain (satu persatu secara bergantian mulai dari Qalun Nafi’ sampai ad-Duri alKisa’i). Ini dimaksudkan untuk sejauh mana seorang murid mampu memahami dan mempraktikkan setiap keterangan atau penjelasan yang ada disertai dengan karakteristik yang dimiliki dari setiap perawi.

Contoh  :

a. Bacaan Qalun الم :لا خلاف فيها بين القراء menurut keterangan tersebut bahwa ayat pertama dari surah al

Baqarah tidak ada perbedaan bacaan diantara para qurra’/imam qira’at.

 

 ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين : قالون ثم عطف عليه المكي ثم السوسي( فيه )بصلة كسر هائه وصلا : المكي وكذلك ما ماثله من كل هاء الضمير المفرد المذكر وقبله ساك ن

 وصلا وبغيرها : الباقون وصلا وبإسكانها : الجميع وقفا( ك )فيه ّهدى

 

Dari sistematika yang ada diatas (ayat kedua), kemudian diambil bacaan dari qalun, yakni: ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين dan seterusnya sampai akhir juz 1. Setelah itu baru kemudian berganti dengan bacaan Warsy dari awal sampai akhir juz 1. Dari keterangan yang terdapat dalam ayat 20 tersebut sangat kebetulan sekali  karena kedapatan bacaan Qalun dan Warsy tidak ada perbedaan sama sekali atau sama. Tetapi tidak menutup kemungkinan atau bahkan sangat bisa dipastikan akan ada banyak perbedaan bacaan yang berlaku untuk ayatayat selanjutnya.

b. Urutan perawi selanjutnya adalah Al Bazzi ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين dan seterusnya sampai akhir juz 1 (karakteristik al Bazzi). Kemudian berganti dengan bacaan Qanbul yang kebetulan dalam ayat ini terdapat kesamaan dengan bacaan Al-Bazzi. Tetapi mungkin tidak dalam ayat ayat selanjutnya. Jika dari keduanya terdapat kesamaan bacaan, maka biasanya nama keduanya disebutkan dengan al-Makky المكي sebagaimana tertera dalam sistematika diatas. c. Ad-Durri

Dalam ayat ini terdapat kesamaan bacaan dengan Qalun dan Warsy. Tetapi mungkin tidak dalam ayat ayat berikutnya.

d.      As-Susi

e.       Hisyam, Ibnu Dzakwan, Syu’bah, Hfsh, Khalllad (didahulukan) khalad, abu haris dan ad-duri al-kisa’i.

Dalam ayat ini terdapat kesamaan bacaan dengan Qalun dan Warsy tetapi mungkin tidak dalam ayat ayat berikutnya.

C. Metode Jama’ Sughro

Setelah mempraktikkan bacaan dari setiap perawi dalam juz 1 secara keseluruhan, maka untuk langkah selanjutnya adalah bacaan dari setiap 2 perawi dari masing-masing imam dipadukan atau digabungkan menjadi satu serta dibaca secara berurutan dan bergantian. Inilah yang dimaksud dengan metode jamak sughro. Dan dalam hal ini juga diberlakukan sampel atau percontohan dalam juz 1 secara keseluruhan sebagai uji coba dalam ketelitian. Dari hasil metode di atas (metode mufrodat), kemudian akan dipraktikkan dalam metode berikut:

a.       Paduan bacaan antara Qalun dan Warsy secara bergantian dan berurutan. Karena dalam ayat tersebut keduanya memiliki kesamaan dalam bacaan (tetapi mungkin tidak dalam ayat-ayat selanjutnya), maka cukup dibaca dengan:

 ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين

sudah mewakili bacaan dari keduanya, dan seterusnya dan seterusnya.

b.      Antara Al-Bazzi dan Qunbul/Al-Makki yang juga dari keduanya sepertinya terdapat kesamaan bacaan dalam ayat ini (tetapi mungkin tidak dalam ayat-ayat selanjutnya).

Maka cukup dibaca dengan:

 ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين

sudah mewakili bacaan dari keduanya, dan seterusnya.

c.       Antara ad-Duri dan as-Susi

 Ad-Duri) ) ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين As-Susi), dan seterusnya. ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين )

d.      Antara Hisyam dan Ibnu Dzakwan juga sama sebagaimana Qalun  Dan Warsy. Begitu juga antara Syu’bah dan Hafsh, Khallad dan Khalaf serta Abul Haris dan Ad-Duri al-

Kisa’i.

D. Metode Jama’ Kubro

Setelah bereksperimen melalui metode mufrodat dan metode jamak sughro, sekarang saatnya mengumpulkan atau menggabungkan semua bacaan yang ada dari semua perawi menjadi satu dan dibaca secara bergantian dan berurutan sesuai dengan sistematika yang ada dalam setiap ayat. Praktik dari metode ini berlaku untuk keseluruhan, yakni mulai dari juz 1 sampai juz 30. Dari sistematika dalam ayat tersebut (ayat kedua), ketika dibaca dengan menggunakan metode ini, maka secara berurutan akan terbaca sebagaimana dalam surat al-Fātihah (lihat: praktik jamak kubro dalam surat al-Fātihah), yakni sebagai berikut: ( ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين ) Qalun dan bacaan dari perawi lain yang serupa dengannya, , ( ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين ) Al-Makki Al-Bazzi dan Qunbul), ذلك الكتاب لا ريب فيه ّهدى للمتقين As-Susi, dan seterusnya.[3]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Macam-macam Imam qiraat sab’ah terdiri dari 7 Imam diantaranya: 

1.      Nafi’, dua perawinya Qolun dan Warsy

2.      Ibnu Katsir, perawinya Al-Bazzy dan Unbul

3.      Abu Amr, perawinya Ad-Durri dan As-Susi

4.      Imam Ibnu Amr, perawinya Hisyam dan Dzakwan

5.      Ashim, perawinya Syu’bah dan Hafs

6.      Hamzah, perawinya Khallaf dan Khallad

7.      Al-Kisa’i, perawinya Abdul Haris dan Ad-Duri

Adapun metode-metode dalam mempraktikan bacaan menurut perawi ada 3 yaitu, metode mufrodat, metode jama’ sughro, metode jama’ kubro. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Madani, Malik. 1995. Mengungkan Rahasia Al Qur’an. Bandung: Mizan

Fathoni, Ahmad2009. Kaidah Qiraat Tujuh Menurut Tariq Syatbiyyah Jilid I. Jakarta: Institut

PTIQ & Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Pres Jakarta

Fathurrohman, M.Mas’udi. 2012. Metode Praktis Sorogan Qira’at Sab’ah: Teori dan Praktik Ilmu tentang Bacaan dan tata caranya Menurut Tujuh Imam Ahli Qira’at. Ciputat: Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren

 



[1] Malik Madani, Mengungkan Rahasia Al Qur’an (Bandung:Mizan) 1995), hlm. 134.

[2] Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh Menurut Tariq Syatbiyyah Jilid I, (Jakarta: Institut PTIQ & Institut Ilmu AlQur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Pres Jakarta, 2009) hlm. 6-10.  

[3] M.Mas’udi Fathurrohman, Metode Praktis Sorogan Qira’at Sab’ah: Teori dan Praktik Ilmu tentang Bacaan dan tata caranya Menurut Tujuh Imam Ahli Qira’at, (Ciputat : Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren, 2012) Hal 80-

84

Posting Komentar

0 Komentar