Pendahuluan
Pada era yang semakin maju ini, pemahaman terhadap ajaran Islam menjadi semakin penting. Kitab Tafsir al-Maraghi karya Al-Mustafa Al-Maraghi merupakan salah satu sumber penting dalam memahami Al-Quran. Kitab ini telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyajikan penafsiran Al-Quran secara holistik dan mendalam.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan tentang Kitab Tafsir al-Maraghi dan kontribusi Al-Mustafa Al-Maraghi sebagai pengarangnya. Kami akan membahas latar belakang penulis, metode penafsiran yang digunakan, serta keunikan dari pendekatan dalam kitab tersebut. Selain itu, kami juga akan menganalisis bagaimana kitab ini relevan dalam konteks modern dan mengapa penggunaannya masih relevan hingga saat ini.Perlu dicatat bahwa Al-Mustafa
Al-Maraghi merupakan seorang ulama terkemuka pada masanya. Melalui karya tafsir
ini, dia menghadirkan penjelasan yang mendalam dan komprehensif tentang
ayat-ayat Al-Quran, memberikan wawasan baru bagi umat Muslim dalam memahami
ajaran agama mereka. Pendekatan dan interpretasi yang terkandung dalam kitab
ini juga memiliki pengaruh yang besar dalam dunia ilmu tafsir. Dalam tulisan
ini, kami akan menggali lebih dalam tentang metode interpretasi yang digunakan
oleh Al-Mustafa Al-Maraghi dalam kitabnya. Kami juga akan menganalisis beberapa
contoh penjelasan yang menarik dalam Tafsir al-Maraghi, serta melihat bagaimana
pendekatan tersebut dapat membantu kita memahami konteks sejarah, sosial, dan
budaya dalam ayat-ayat Al-Quran.
Diharapkan melalui tulisan ini, kita
dapat mengapresiasi nilai dan kontribusi Kitab Tafsir al-Maraghi dalam
memperdalam pemahaman Al-Quran. Semoga makalah ini menjadi kontribusi kecil
dalam pengembangan ilmu tafsir dan pemahaman ajaran Islam secara lebih luas.
Biografi Dan Karier Ahmad Musthafa Al-Maraghi
Al-Maraghi
adalah sebuah panggilan bagi seorang Ahmad Musthafa bin Musthafa bin
Muhammad bin Abdul Mun'im al-Qadhi al-Maraghi. Panggilan
“al-Maraghi” yang disandangnya bukan dikaitkan dengan nama suku / marga atau
keluarga, seperti halnya al- Hasyimi yang dikaitkan dengan keturunan al-Hasyim,
melainkan dihubungkan dengan nama daerah atau kota, yaitu kota al-Maraghah.
Ahmad Musthafa al-Maraghi dilahirkan pada tahun 1883 M/1300 H di daerah al-
Marghah provinsi Suhaj. Ia terlahir dari keluarga ulama kenamaan di zamannya.
Salah seorang dari keluarganya, yaitu Muhammad Musthafa al-Maraghi yang
merupakan kakak kandungnya, pemah menjadi rektor di Universitas al-Azhar dua
kali. Bahkan ia pernah menjadi hakim (Qadhi) di negeri Sudan.
Setelah
al-Maraghi menginjak usia sekolah, dia dimasukkan oleh kedua orang tuanya ke
Madrasah di desanya untuk belajar al-Qur‟an. Otaknya sangat
cerdas, sehingga sebelum usia 13 tahun ia sudah hapal seluruh ayat al-Qur‟an.
Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu syariah
sampai ia menamatkan pendidikan tingkat menengah. Kemudian ia melanjutkan
studinya di Universitas al-Azhar. Di Universitas inilah ia belajar banyak
tentang bahasa Arab, balaghah, tafsir, hadits, fiqh, akhlak dan ilmu falak. Di
samping itu, ia juga mengikuti kuliah di fakultas Dar al-'Ulum. Di antara
dosen-dosen yang ikut mengajarnya di alAzhar dan Dar al-'Ulum adalah Muhammad
Abduh, Muhammad Hasan al-Adawi, Muhammad Bahits al-Mut'i dan Muhammad Rifa'i
al-Fayumi.
Setelah ia menamatkan pendidikannya di
al-Azhar, ia diangkat menjadi guru di beberapa sekolah menengah, kemudian
menjadi direktur sekolah guru al-Fayum Pada tahun 1916 diangkat menjadi dosen
syariah di Sudan, pada tahun 1920 diangkat menjadi dosen bahasa Arab dan
syariah di Dar al-Ulum sampai tahun 1940. Selain itu, ia mengajar balaghah dan
sejarah kebudayaan Islam di fakultas Adab Universitas al-Azhar. Dalam usianya
yang relatif muda, yaitu pada usia 47 tahun, dia dinobatkan sebagai guru besar
di Universitas al-Azhar, hal mana usia tersebut merupakan usia yang sangat muda
dari kebiasaan penobatan bagi setiap guru besar di alAzhar.
Selain mengajar di al-Azhar dan Dar
al-Ulum, ia pun aktif mengajar di perguruan Ma'had Tarbiyah Mu'alimat beberapa
tahun lamanya, sampai ia mendapat piagam tanda penghargaan dari raja Mesir,
Faruq, pada tahun 1361 H atas jasa-jasanya. Piagam tersebut tertanggal 11-11361
H. Pada tahun 1370 H/ 1951 M, yaitu setahun sebelum ia meninggal dunia, ia juga
masih juga mengajar dan bahkan masih dipercayakan menjadi direktur Madrasah
Usman Mahir Basya di Kairo sampai menjelang akhir hayatnya. Ahrnad Musthafa
al-Maraghi meninggal dunia pada tanggal 9 Juli 1317H/1952 M di tempat
kediamannya di jalan Zul Fikar Basya nomor 37 Hilwan, dan dikuburkan di
pemakaman keluarganya di Hilwan, kira-kira 25 km sebelah selatan kota Kairo.
Kegiatan al-Maraghi dalam bidang tafsir
sudah ditekuninya sejak lama, yaitu pada saat ia mengajar di Universitas
al-Azhar. Namun penafsirannya itu belum dalam bentuk penafsiran yang sempurna,
melainkan hanya beberapa ayat dari seluruh surat al-Qur‟an. Konon, ia baru bisa
menyelesaikan tafsirnya itu selama sepuluh tahun, yaitu sejak tahun 1940.
Tafsirnya ini kemudian diberi nama "Tafsir al-Maraghi".[1]
Karya-karya Ahmad Musthafa Al-maraghi
Sebagaimana disinggung di atas,
disamping menjalankan aktifitas mengajar, al-Maraghi juga aktif menulis atau
mengarang buku. Diantara karya- karyanya adalah :
1. Tafsir al-Maraghi, merupakan karyanya yang terbesar
2. Ulum al-Balaghah
3. Hidayahnya al-Thalib
4. Tahzib al-Taudhih
5. Buhut wa Ara‟
6. Tarikh „Ulum al-Balaghah wa Ta‟rif bi Rijaliha
7. Mursyid al-Tullab
8. Al-Mujaz fi al-Adab al-Arabi
9. Al-Mujaz fi Ulum al-Ushul
10. Al-Diyanat wa al-Akhlak
11. Dan lain-lain[2]
Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Maraghi
Tafsir al-Maraghi merupakan karya besar
dari hasil kerja keras sang penulis dalam menyusunnya selama kurang lebih 10
tahun, yakni dari tahun 1940-1950 M. Tafsir al-Maraghi pertama kali diterbitkan
pada tahun 1951 di Kairo, Mesir. Al-Maraghi sangat gigih dalam mengajar dan
menulis. Dalam waktu 24 jam, beliau memakai empat jam untuk beristirahat, dan
sisanya beliau isi dalam kegiatan mengajar dan menulis. Ketika malam hari
sekitar pukul 03.00, Al-Maraghi memulai aktivitasnya dengan shalat tahajud dan
hajat. Beliau selalu memanjatkan do'a kepada Allah agar senantiasa selalu
diberikan kesehatan, kemudahan dalam melakukan aktivitasnya terutama dalam
membuat sebuah karya. Selain karena faktor dorongan orang-orang agar membuat
tafsir yang mudah dipahami dengan mudah, beliau memanag sudah punya citacita
ingin menjadi lampu penerang Islam terutama dalam bidang tafsir, maka dari itu
ia terus berusaha belajar, berdiskusi dan mengembangkan ilmu yang sudah
dimilikinya. Al-Maraghi pun terkenal dengan ilmu bahasa arabnya yang unggul,
hal ini terbukti dalam sebagian karyanya banyak yang membahas tentang bahasa.
Maka tidak heran dalam kitab tafsirnya akan ditemukan pembahasan bahasa yang
padat akan tetapi mudah dipahami.[3]
Tafsir al-Maraghi merupakan salah satu
kitab tafsir terbaik di abad modern. Latar Belakang penulisan kitab tersebut
dapat dilihat di dalam muqaddimah tafsirnya bahwa penulisan kitab tafsir ini
karena dipengaruhi oleh dua faktor:
• Faktor Eksternal
Beliau banyak menerima
pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat terkait masalah tafsir apakah yang paling
mudah difahami dan paling bermanfaat bagi para pembacanya serta dapat
dipelajari dalam waktu yang singkat. Mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut,
beliau merasa agak kesulitan dalam memberikan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Masalahnya, sekalipun kitab-kitab tafsir itu bermanfaat,
karena telah mengungkapkan persoalan-persoalan agama dan macam-macam kesulitan
yang tidak mudah untuk difahami, namun kebanyakkan kitab tafsir itu telah
banyak dibumbui dengan menggunakan istilah-istilah ilmu lain, seperti ilmu
balaghah, nahwu, sorof fiqh, tauhid dan ilmu-ilmu lainnya, yang semuanya itu
merupakan hambatan bagi pemahaman
Al-Qur‟an secara benar bagi pembacanya.
• Faktor Internal
Faktor ini berasal dari diri Al-Maraghi
sendiri bahwa beliau telah mempunyai cita-cita untuk menjadi ilmuwan terutama
di bidang ilmu tafsir, untuk itu beliau merasa berkewajiban untuk mengembangkan
ilmu yang sudah dimilikinya. Maka Al-Maraghi yang sudah berkecimpung dalam
bidang bahasa arab selama setegah abad lebih, baik belajar, maupun mengajar,
merasa terpanggil untuk menyusun suatu kitab tafsir dengan metode penulisan
yang sistematis, bahasa yang simple dan elektif, serta mudah untuk difahami.[4]
Corak Penafsiran
Corak yang dipakai dalam Tafsir
Al-Maraghi adalah corak al-Adabi al-Ijtima‟i. Corak alAdabi al-Ijtima‟i yaitu
corak yang menggunakan bahasa yang indah dan menarik dengan berorientasi sastra
kehidupan budaya dan kemasyarakatan. Sebagai suatu pelajaran bahwa AlQur'an
diturunkan sebagai petunjuk dalam kehidupan individu maupun masyarakat.
Penafsiran dengan corak al-Adabi al-Ijtima‟i berusaha mengemukakan segi
keindahan bahasa dan kemukjizatan Al-Qur'an berusaha menjelaskan makna atau maksud yang dituju oleh Al-Qur'an.
Dalam Tafsir Al-maraghi ini juga menggunakan bentuk bil ra'yi bahwa ada ayat
yang uraiannya bersifat analisis.[5]
Sistematika Penafsiran
Sistematika penulisannya relatif
sederhana, meski pembahasannya sangat mendalam, AlMaraghi menyusun tafsirnya
dengan sistematika yang lebih bercorak. Sistematika dan langkahlangkah
penulisan yang digunakan di dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan beliau sendiri
dalam muqaddimah tafsirnya. Di antaranya sebagai berikut ini:
• Menghadirkan satu, dua, atau sekelompok ayat yang akan
ditafsirkan.
• Menjelaskan kosa kata yang sulit (Sharh al-Mufradat).
• Penjelasan ayat sacara umum (Ma‟na al-Ijmali).
• Penjabaran ayat secara rinci (Tahlili)
Dengan pola yang demikian sistematis,
wajar jika banyak yang mengatakan, kitab tafsir ini mudah dipahami dan enak
dicerna, sesuai dengan kebutuhan masyarakat kelas mengenah dalam memahami
Al-Qur‟an, serta relevan dengan problematika yang muncul pada masa kontemporer.
Dari langkah penafsiran di atas, banyak peneliti yang menyimpulkan bahwa
Al-Maraghi menggunakan metode baru dalam penafsiran Al-Qur'an, khususnya
memisahkan antara penjelasan global (ijmali) dan penjelasan terperinci
(tahlili). Dia pun diklaim sebagai mufassir pertama yang menggunakan metode
tersebut.[6]
Sumber Tafsir
Sumber tafsir adalah sumber yang dirujuk
atau dinukil oleh mufassir dan menyimpannya pada kitab tafsir mereka, akan
tetapi di dalamnya tidak termasuk pendapat dan pandangan mereka dalam
penafsirannya. Sumber tafsir itu terdapat beberapa macam, yaitu Al-Qur‟an,
Sunnah yang shahih, pendapat tabi'in yang benar dan valid, kaidah bahasa arab
mayoritas ahli bahasa, dan ijtihad yang berlandaskan kaidah, data, teori yang
dapat dipertanggung jawabkan. Dari paparan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa sumber penafsiran terbagi kepada dua macam, yaitu bil-ma'tsur dan
bil-ra'yi. Hal ini pun diungkapkan oleh Asamir Syaliwah bahwa pembagian sumber
penafsiran adalah sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, ditambah dengan
sumber isyarat atau bil-isyari.
Dalam sumber penafsiran Al-Maraghi lebih
dominan memakai sumber bil-ra'yi dalam penafsirannya, walaupun ditemukan
beberapa ayat Al-Qur‟an dan riwayat hadits sebagai penjelas ayat. Menurut
beliau bahwa di zaman kontemporer ini sudah tidak cocok untuk menafsirkan
dengan memakai sumber bil-ma‟tsur saja. Dikarenakan tidak semua riwayat ada
yang membahas tentang kasus-kasus kontemporer, ayat Al-Qur‟an dan riwayat dapat
dipakai sebagai pedoman untuk berijtihad. Belum lagi semakain majunya ilmu
pengetahuan modern menjadikan ulama sering melakukan Ijtihad untuk
masalah-masalah yang muncul.
Adapun tafsir-tafsir yang dijadikan
sumber rujukan penafsiran Tafsir al-Maraghi, sebagaimana telah disebutkan
sendiri oleh beliau di dalam muqaddimah-nya, di antaranya yaitu; Tafsir
al-Tabari, Tafsir al-Kashaf al-Zamakhshari, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta‟wil
al-
Baidowi, Mafatih al-Ghaib al-Razi, a-Bahr al-Muhit, Tafsir
Abi Muslim al-Asfahani, Tafsir alManar, Tafsir al-Jawahir, Tafsir ruh
al-Ma'ani, Tafsir al-Baqilani. Selain kitab tafsir beliau juga banyak mengutip
kitab-kitab lain seperti, Sirah ibnu Hisyam, Syarh al-'Allamah Ibnu Hajar li
alBukhari, Lisan al-'Arab, Asas al-Balagah li az-Zamakhsyari, al-Itqan fi 'ulum
Al-Qur‟an dan sebagainya
Metodologi kitab Tafsir Al-Maraghi
Metode tafsir atau juga sering disebut
manhaj tafsir atau motodologi dalam penafsiran adalah suatu cara yang digunakan
untuk menghasilkan produk penafsiran. ini, ulama mengisyaratkan beberapa
metodologi penafsiran yaitu terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu metode
tafsir mushafi dan metode tafsir maudhu‟i. Pembagian keduanya kemudian dibagi
lagi menjadi tafsir tahlili dan tafsir ijmali untuk tafsir mushafi, sedangkan
tafsir maudhu‟i terbagi menjadi tafsir muqarran dan tafsir maudhu‟i itu
sendiri.
Secara garis besar ciri dari keempat
pendekatan tafsir diatas adalah; Metode tahili yaitu dengan menafsirkan
Al-Qur‟an secara keseluruhan dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surat
an-Nas, dengan menjelaskan sebab turunnya ayat, menjelaskan kalimat asing,
meng‟'rab, menyebutan korelasi antar ayat, menjelaskan kalimat global dan
lain-lain. Sama dengan ijmali yang mengikuti urutan surat dalam mushaf
Al-Qur‟an hanya disajikan secara global saja. Sedangkan kedua sesisanya
disajikan sesuai dengan tema yang akan dibahas, dengan cara mengumpulkan
ayat-ayat yang diyakini setema yang itulah kemudian disebut tafsir maudhu‟i.
Ataupun dengan membandingkan antara ayat-ayat Al-Qur‟an
atau penafsiran satu dengan penafsiran lainnya, yang kemudian itulah yang
disebut tafsir muqarran.
Dari penjelasan singkat diatas, maka Al-Maraghi
menggunakan pendekatan tafsir tahlili, karena penyusun menyajikan penafsiran
Al-Qur`an sesuai urutan mushaf dari awal surat AlFatihah sampai surat An-Nas
yang kemudian dijelaskan secara terperinci dan dengan analisis yang mendalam.[7]
Penjelasan tersebut dikemas dengan bahasa yang sederhana, singkat, padat, serta
mudah dipahami dan dicerna oleh akal.[8]
Pandangan Ulama Pada Masanya
Berikut ini dikemukakan pandangan dan penilaian para
ulama dan sarjana terhadap tafsir yang dikarang oleh Ahmad Mustafa Al-Maraghi,
yaitu :
1. Muhammad Hasan
Abdul malik, dosen tafsir pada Fakultas Syari'ah Universitas Ummul Quro
Mekkah, memberi penilaian terhadap Al-Maraghi, dengan
mengatakan, Ahmad Mustafa AlMaraghi adalah seorang yang dapat mengambil faedah
dari orangorang sebelumnya dan mengembangkannya. Pemikirannya dalam bidang
tafsir sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang, is adalah
seorang pembaharu/reformis dalam bidang tafsir baik dalam segi sistematika atau
dalam segi bahasa. Hal ini perlu dimaklumi, karena ia banyak mengutip pendapat
gurunya, Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar, terutama yang ada kaitannya
dengan filsafat, kemasyarakatan dan politik. Namun ia mempunyai pandangan baru,
bukan hanya meringkas dari tafsir al-Manar.
2. Abdurrahman
hasan Habnaka, dosen tafsir dan ulum al-Qur‟an pada dirasah 'Ulya
(Pascasarjana) Universitas Umul Quro Mekkah, mengatakan ; "Ahmad Musthafa
AlMaraghi adalah termasuk ulama al-Azhar yang modern dan dapat menyajikan
pendapat-pendapatnya yang seseuai dengan keadaan zaman. la mempunyai
pemikiranpemikiran baru dibidang tafsir yang berbeda dengan pendapat
ulama-ulama terdahulu.Karena itu ia telah memenuhi syara sebagai seorang
mufasir.
3. Muhammad
Tanthawi, ketua jurusan tafsir dan dosen tafsir / 'Ulum al-Qur‟an pada
Pascasarjana Universitas Madinah, memberi penilaian terhadap Ahmad Mustafa
AlMaraghi dengan mengatakan :”Ahmad Mustafa Al-Maraghi adalah seseorang yang
ahli dan menguasai ilmu-ilmu syari'ah dan bahasa arab, serta banyak mempunyai
karya tulis dalam bidang ilmu agama, terutama bahasa arab dan tafsir. la
mempunyai pemikiran-pemikiran baru dan bebas, namun tidak tidak menyimpang dari
syari'at.
4. Muhammad Jum'ah,
ketua Jurusan pada fakultas Al-Qur‟an al-Karim Universitas Islam Madinah
menjelaskan :"Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Dekan Fakultas Darul‟Ulum adalah
seorang yang ahli dalam menguasai bahasa arab, balaghah, nahwu, saraf, tafsir,
hadits, hukum-hukum syari'at dan ilmu-ilmu lain yang diperlukan untuk
menafsirkan al-Qur'an.
5. Abdul Mun'im M
Hasanin, Guru besar tafsir dan 'Ulum al-Qur‟an pada fakultas ushuluddin
Universitas Al-Azhar, mengatakan bahwa Ahmad Mustafa Al-Maraghi adalah seorang
ulama yang ahli dan banyak menulis dalam berbagai bidang ilmu agama seperti
tafsir, nahwu, saraf, balaghah, akhlak dan lain-lain, tidak mempunyai keahlian
khusus seperti sekarang. Namun ia ahli dan menguasai tentang ilmu agama.
6. Syekh Zaki
Isma'il Al-Maraghi, Inspektur Ma'had al-Diniyah Al-Azhar, menilai, Ahmad
Mustafa Al-Maraghi telah memenuhi syarat sebagai seorang mufassir, karena ia
telah menelaah semua kitab-kitab tafsir dan pendapat-pendapat para mufasir. la
seorang pembaharu yang berpikiran bebas dan tidak memeluk madzhab tertentu. la
bukan penyempurna pendapat mufasir terdahulu, tetapi ia menempuh jalannya
sendiri. Karena mufasir berbicara sesuai dengan pendapamya atau apa yang telah
ditelaahnya. Namun beliau memang banyak terpengaruh oleh Tafsir Al-Manar, sebab
Muhammad Abduh dan rasyid Ridha adalah gurunya.[9]
Kekurangan & Klebihan
Keunggulan tafsir Al- Maraghi diantaranya terdapat
kosakata / mufradat kata-kata yang sulit dipahami. Hal ini tentunya sangat
memudahkan bagi para pembaca untuk mempelajari tafsir khususnya bagi pembaca
yang awam. Selain itu didalam tafsir Al-Maraghi terdapat penjelasan ayat secara
ijmal (umum). Dengan adanya penjelasan secara ijmal ini memudahkan pembaca
untuk mendapatkan gambaran terhadap suatu ayat al-Quran. Keunggulan lain dari
tafsir Al-Maraghi sendiri adalah adanya penjelasan mengenai ayat-ayat al-Quran
yang memiliki asbab al-nuzul kemudian dikuatkan lagi dengan penjelasan tafsir
yang lebih mendalam baik dengan ayat al-Quran yang lain ataupun dengan hadits
Rasulullah. Al-Maraghi sangat hati-hati terhadap ayat-ayat israiliyat dalam
penafsirannya. Hal yang menarik di dalam tafsir AlMaraghi ini adalah Al-Maraghi
berupaya menunjukkan kaitan atau hubungan ayat-ayat Al-Quran dengan pemikiran
dan ilmu pengetahuan lain pada zaman masa kini. Al-Quran yang notabene adalah
pedoman atau petunjuk umat manusia sampai akhir zaman mampu dibuktikan dengan
keilmuan secara ilmiah
(sains).
Sementara
untuk kelemahan tafsir Al-Maraghi adalah mengesampingkan istilah yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Misalnya ilmu sharaf, nahwu balaghah dan
lain sebagainya walaupun masuknya ilmu-ilmu tersebut didalam tafsir sudah
terbiasa di kalangan mufassir terdahulu. Menurut Al-Maraghi sendiri dengan
masuknya ilmu-ilmu tersebut justru merupakan suatu penghambat bagi para pembaca
untuk mempelajari kitab-kitab tafsir. Pembahasan terhadap ilmu-ilmu tersebut
mempunyai bidang tersendiri,
dan sebaiknya tidak di campur dalam tafsir Al-Quran, meski ilmu-ilmu tersebut
sangat penting dan harus dikuasai oleh seorang mufassir.[10]
Kesimpulan
Al-Maraghi adalah sebuah panggilan bagi
seorang Ahmad Musthafa bin Musthafa bin Muhammad bin Abdul Mun'im al-Qadhi
al-Maraghi. Ahmad Musthafa al-Maraghi dilahirkan pada tahun 1883 M/1300 H di
daerah al- Marghah provinsi Suhaj. Al-Maraghi juga mempunyai karya tersendiri
yaitu Tafsir al-Maraghi, merupakan karyanya yang terbesar, Ulum al-Balaghah,
Hidayahnya al-Thalib, Tahzib al-Taudhih, Buhut wa Ara‟,
Tarikh „Ulum al-Balaghah wa Ta‟rif bi Rijaliha, Mursyid al-Tullab, Al-Mujaz fi
al-Adab al-Arabi, Al-Mujaz fi Ulum al-Ushul, AlDiyanat wa al-Akhlak.
Alasan Al-Maraghi mengarang kitab tafsir
Al-Marghi yaitu ketika ada masyarakat yang bertanya-tanya kepada Al-Maraghi
mengenai kitab tafsir yang bisa di pelajari secara detail, memahamkan bagi
pembaca dan membacanya hanya dalam waktu sebentar. Kemudian adanya hal tersebut
menggugah semangatnya Al-Maraghi untuk mengarang kitab tafsir agar bisa
bermanfaat bagi pembaca. Dari setiap kitab ataupun buku yang dibuat manusia
tentunya ada kekurangan dan kelebihannya tersendiri, sedangkan di kitab tafsir
Al-Maraghi terdapat kelebihan yaitu mudah di pahami bagi pembaca dan ketika
membaca dengan waktu yang singkat bisa bermanfaat bagi kita semua. Dan adapun
kekurangan dari kitab tafsir Al-Maraghi ini sendiri yaitu mengesampingkan ilmu
pengetahuan.
Daftar Pustaka
Ahsan, Farhan, Anshari, dkk.
Metodologi Khusus Penafsiran Al-Quran dalam Kitab Tafsir AlMaraghi Farhan Ahsan
Ans. Jurnal Iman dan Spiritualitas.Vol
1, No 1, 2021. UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Fithrotin. Metodogi Dan Karakteristik
Penafsiran Ahmad Mustafa Al-Maraghi Dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi. (Kajian Atas
QS. Al-Hujurat Ayat: 9). Al-furqan.
Volume 1 Nomor 2. 2018. Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan,
Indonesia
Mahrani.Nana. Metode Tafsir Modern, Tafsir
Al-Manar, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Al-Mishbah.
Hikmah. Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Sumatera Medan.
Masnur, H. Al-Maraghi (Pemikiran
Teologinya), Jurnal Uin Suska
Parlina,Ika, dkk. Metode Analisis Tafsir
Al- Maraghi. Zad Al-Mufassirin, Vol.
3 No. 2, 2021.
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah,
Sukabumi, Indonesia
Ika Paling, Analisis Metode Tafsir Al-Maraghi,(Bandung, 2021) Zad Al-Mufassirin, Vol. 3 No 2
Supriadi, Studi Tafsir Al-Maraghi Karya
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Jurnal
Asy-Syukriyyah
[1]
Supriadi, Studi Tafsir Al-Maraghi Karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Jurnal Asy-Syukriyyah, hal.3
[2] H. Masnur, Al-Maraghi
(Pemikiran Teologinya), Jurnal Uin Suska,
hal.263
[3]
Farhan Ahsan Anshari, dkk. Metodologi Khusus Penafsiran Al-Quran dalam Kitab
Tafsir Al-Maraghi Farhan
Ahsan Ans. Jurnal
Iman dan Spiritualitas.Vol 1, No 1, 2021. UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[4]
Fithrotin. Metodogi Dan Karakteristik Penafsiran Ahmad Mustafa Al-Maraghi Dalam
Kitab Tafsir Al-Maraghi.
(Kajian Atas QS. Al-Hujurat Ayat: 9). Al-furqan. Volume 1 Nomor 2. 2018.
Institut Agama Islam Tarbiyatut
Tholabah Lamongan,
Indonesia
[5] Ika Parlina, dkk. Metode
Analisis Tafsir Al-Maraghi. Zad
Al-Mufassirin, Vol. 3 No. 2, 2021.
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah, Sukabumi, Indonesia
[6]
Fithrotin. Metodogi Dan Karakteristik Penafsiran Ahmad Mustafa Al-Maraghi Dalam
Kitab Tafsir Al-Maraghi.
(Kajian Atas QS.
Al-Hujurat Ayat: 9).
[7] Farhan Ahsan Anshari, dkk.
Metodologi Khusus Penafsiran Al-Quran dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi. Jurnal
Iman dan Spiritualitas. Vol 1, No 1, 2021. UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[8] Nana Mahrani. Metode
Tafsir Modern, Tafsir Al-Manar, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Al-Mishbah. Hikmah.
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sumatera Medan.
[9]
Supriyadi, Studi Tafsir Al-Maraghi Karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi, hal. 22
[10]
Ika Paling, Analisis Metode Tafsir Al-Maraghi,(Bandung, 2021) Zad Al-Mufassirin, Vol. 3 No 2, hal
225-249
0 Komentar