A. Latar Belakang
Ilmu qira’at adalah salah satu ilmu yang sangat penting, karena ilmu ini berkaitan dengan tata cara membaca Al-Qur’an yang sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW, dan juga mempunyai hubungan erat dengan penafsiran Al-Qur’an. Adanya ilmu qira’at juga bukti bahwa Islam adalah agama yang luwes, bahwasanya dalam membaca Al-Qur’an sekalipun mempunyai banyak macam perbedaan antara satu dengan lainnya.
Sehingga untuk mempermudah dalam memahami ilmu qira’at, para
ulama memunculkan berbagai istilah penting yang harus diketahui bagi
orang-orang yang ingin mengkaji ilmu qira’at. Hal tersebut dimaksudkan supaya
tidak terjadi kesalahan ketika menjelaskan sebuah pembahasan yang berkaitan
dengan ilmu qira’at.
Seperti yang telah pelajari sebelumnya, Al
Qur’an adalah bahwa kitab suci umat Islam ini diturunkan dalam tujuh huruf,
sehingga memudahkan orang-orang dalam melafalkan, membaca dan memahami maknanya
meskipun dalam dialek bahasa yang berbeda-beda. Dan salah satu dari
interpretasi terhahadap tujuh huruf (sab’atu ahruf) adalah adanya ragam varian
bacaan Alquran di antaranya qira’at tujuh dan ‘asyrah (sepuluh).
Untuk memelihara eksistensi bacaan qira’at
sab’ah dan qira’at lainnya, upaya yang dilakukan adalah dengan menyusun
kitab-kitab tentang qira’at, dan dibuat juga halaqah talaqqi pengajaran
Alquran. Meskipun realita yang ada masih minim, tetapi yang paling terpenting
keberadaanya masih terpelihara di tangan para ahli. Pada pembahasan kali ini,
penulis akan membahas secara singkat mengenai kitab-kitab ilmu qira’at karya
dari para ulama ilmu qira’at.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kitab-kitab Yang Membahas tentang Ilmu Qira’at?
2. Siapa sajakah penulis kitab-kitab yang membahas tentang Ilmu
Qira’at?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kitab-kitab yang mebahas tentang Ilmu Qira’at.
2. Untuk mengetahui penulis kitab-kitab yang membahas tentang Ilmu
Qira’at.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Kitab-Kitab
Ilmu Qira’at
1. Kitab al-Qira’at
Kitab ini
merupakan karya dari Abu ‘Ubaid al-Qasim ibn Sallam. Sebagian orang mengatakan
bahwa Abu ‘Ubaid lah yang pertama kali menulis kitab Ilmu
Qira’at. Kitab ini mengangkat sebnayak 25 qira’at, di
dalamnya termasuk Qira’at Sab’ah dan Qira’at Syadzdzah[1]. Dalam
menulis kitab ini, Abu Ubaid tidak terlepas dari peranan para gurunya yang
dijadikan rujukan sehingga kitab ini menjadi inspirasi bagi tumbuh kembangnya
kajian terhadap Ilmu Qira’at.
2. Kitab as-Sab’ah fi
al-Qira’at
Kitab as-Sab’ah fi al-Qira’at ditulis oleh
al-Imam al-Hafidz Abi Bakr Ahmad bin Musa bin al-Abbas bin Mujahid at-Tamimi
al-Bahdadi kemudian diterbitkan di Dar al-Ma’rifat, Mesir dengan 788 halaman.
Pada edisi kedua kitab ini ditahqiq oleh Dr. Syauqi Dhayyif. Kitab ini
memberikan kontribusi besar pada pengembangan ilmu qira’at. Ibnu Mujahid
membuat sutau formulasi yang lengkap hingga telah disepakatinya qira’at sab’ah
sebagai qira’at mutawatir.
Faktor yang
mendorongnya untuk menyusun kitab ini adalah lebih kepada usaha menjaga
kemurnian bacaan al-Qur’an. Hal lainnya yaitu mempermudah umat Islam untuk
mempelajari ilmu qira’at sebab pada umumnya mereka yang hendak mempelajari ilmu
qira’at merasa kesulitan dengan banyaknya macammacam bacaan Qira’at dan jalan
periwayatannya, dan juga dengan adanya ‘illat (alas an) yang terdapat disetiap
bacaan.
Isi kitab as-Sab’ah fi al-Qira’at secara garis besar terdiri dari dua bagian,
yaitu al-Ushul dan al-Huruf. Al-Ushul membahas dan
menjelaskan terkait kaidahkaidah dalam ilmu qira’at, dimana ketika beliau
menjelaskan kaidah-kaidah tersebut, beliau mengungkapkan perbedaan pendapat dan
alas an dari para imam qira’at sab’ah beserta perawinya masing-masing bahkan mentahqiqnya
jika diperlukan. Sedangkan al Huruf merupakan aplikasi dari kaidah-kaidah
qira’at
dalam bacaan al-Qur’an. Pada bagian
ini Ibnu Mujahid hanya mencantumkan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat perbedaan
qira’at saja. Selain itu, dalam menjelaskan bagian kedua ini,beliau
meriwayatkan qira’at seriap imam tujuh tersebut dengan sanad yang
beranekaragam. Misalnya, ketika beliau menggunakan manhaj dimana ia menyepakati
riwayat dan thuruq pada sutau qiraat al- Qur’an, beliau cukup menjustifikasinya
dengan imam qiraat yang bersangkutan. Namun, apabila terdapat perbedaan pada
riwayat dan thuruqnya maka Ibnu Mujahid akan menjelaskannya dengan detail.[2]
3. Kitab at-Taisir fi
al-Qira’at as-Sab’
Kitab
ini ditulis oleh Abu Amr ad-Dani yang memiliki nama lengkap
Utsman Ibnu Sa’id Ibn Utsman Sa’id Ibn ‘Umar.
Sebelum menulis kitab ini, ad-
Dani lebih dulu menulis kitab “Jami’ul Bayan fi Qira’at
as-Saba’. Kitab Jami’ul Bayan karya
ad-Dani ini merupakan kitab tentang qira’ah
sab’ah yang paling luas cakupannya dalam periwayatan. Ada lebih dari 500
riwayat dan thariq (jalan
periwayatan) yang bermuara pada Imam Tujuh. Melihat cakupannya yang demikian
banyak, ad-Dani kemudian meringkas periwayatan dari Imam Tujuh menjadi dua
perawi saja dari setiap Imam. Sehingga terbitlah kitabnya; “at-
Taysir”.
Di
dalam kitab at-Taysir ini, Ad-Dani bukan mengkritik dari tujuh Imam
Qira’at, namun difokuskan pada dua isu utama,
yaitu:
a) Membatasi pembahasan jumlah qira’at
kepada tujuh imam qira’at. Karena
selama ini di kalangan para qurra’
atau seorang yang tengah belajar ilmu qira’at
sab’ah, jumlah imam qurra’ ada yang mengatakan lebih dari
tujuh.
b) Perbincangan lokasi atau tempat tinggal para qurra’ sehingga bisa mempengaruhi bacaan
mereka.
Dan
alasan Ad-Dani melakukan kritik karena beberapa alasan,yaitu:
a) Untuk meyakinkan masyarakat agar terbiasa dengan bacaan tujuh
karakter qira’at yang sudah masyhur
itu,
b) Di dalam kitab ini setidaknya menjelaskan mengapa Ad-Dani setuju
terhadap tujuh imam qira’at untuk
membatasi perawi dari tujuh pembaca yang tak lain karena hal itu didasarkan
pada bukti-bukti arkeologis dan sejarah.
c) Di dalam kitab ini dijelaskan kajian utama yang tengah diangkat
Ad-Dani adalah bahwa Ad-Dani mengesampingkan semua bacaan yang bertentangan
dengan Mushaf Utsmani[3].
4. Kitab an-Nasyr fi
al-Qur’an al-‘Asyr
Kitab ini merupakan karya Ibn al-Jazari
yang membahas tentang qira;ah sepuluh. Kitab ini kemudian diringkas oleh beliau
sendiri menjadu kitab Taqrib al-Nasyr
yang terdiri dari 1000 bait. Kitab ini menghimpun riwayat-riwayat dan metode
yang dilakukan secara mutawatir serta menyebutkan sanad yang bersambung.
Kitab ini mendapatkan apresiasi yang
tinggi dari banyak kalangan karena kepiawaian Ibn Jazari dalam mentahqiq bacaan
yang ada pada sekitar 40 kitab yang menjadi rujukanya, melalui jalur-jalur
periwayatan yang demikian rumit. Jumlah thariq
yang dipakai dalam kitab ini adalah 80 thariq,
karena setiap Imam dari Imam sepuluh mempunyai dua perawi, setiap perawi
mempunyai dua thariq dan setiap dua thariq mempunyai dua thariq lagi[4]
.
5. Kitab as-Syatibiyyah
Pengarang dari
kitab ini adalah Al Qosim bin Firoh bin Kholaf bin Ahmad as Syatibiy yang
bermazhab Syafi’i. Kitab as-Syatibiyyah merupakan kitab yang berupa kalam
nadlom, yakni berupa bait-bait syi’ir yang indah yang menjelaskan tentang ilmu
Qur`an, lebih spesifiknya membahas tentang qiro`ah sab’ah (tujuh bacaan al
Qur`an).
Kitab ini berisi sekitar lima puluh
halaman lebih yang terdiri dari seribu seratus tujuh puluh tiga bait/nadlom,
diawali dengan muqoddimah, kemudian pembahasan diawali dengan bab isti’adah dan
diakhiri dengan bab makhorijul huruf (tempat keluarnya huruf). Tak lupa di
halaman awal kitab ini juga
dituliskan biografi singkat tentang
penulis dan tabel penjelasan penggunaan simbol-simbol tertentu dalam kitab.
Kitab Khirzul amani wa Wajhu at-Tahani atau
yang dikenal dengan nama matan Syatibiyah atau al-Mandzumah al-
Syatibiyah mengacu pada kitab al Taysir fi al-Qira’at al-Sab’ah karya Imam Abu ad-Daniy dengan
diberikan beberapa tambahan seperti makhraj huruf dan beberapa ketentuan lain
yang dikenal dengan ziyadah qashid ‘indal
qura’.
Latar belakang penulisannya yaitu untuk
memudahkan pemahaman dan menguatkan hafalan karena berbentuk syi’ir. Kitab ini
dibuat di Andalusia dan disempurnakan di Mesir. Masih dalam muqodimahnya,kitab
ini mengumpulkan apapun yang mutawatir dari 7 imam qiraat,dan tidak
mencantumkan qira’at syad, kemudian
beliau menyusunnya dalam kasidah yang begitu indah. Kitab ini banyak
sekali yang mensyarahnya karena
kemasyhurannya,dalam riwayat disebutkan ada belasan kitab syarah. Kemudian
dengan inilah ramai dikenal dengan istilah thariqah Syatibiyah (Qiraah imam
Hafs dari Ashim dengan thoriq Syatibiyah).
6. Kitab Faidhul Barakat fi
Sab’il-Qira’at
Kitab
ini merupakan karangan seorang ulama besar nusantara, KH.
Arwani Amin Kudus. Saat ini, kitab tersebut
sedang ditahqiq di Universitas Al-
Azhar, Kairo yang terdiri dari tiga jilid dan terhitung
sebagai kitab ilmu qira’at sab’ah yang langka di nusantara.
Kitab Faidhul Barakat fi Sab’il Qira’at ditulis
ketika Kiai Arwani saat masih mengaji kitab Hirzul
Amani karya Syekh al-Qurra Abu Muhamad al-Qasim al-Syathibi, yaitu ditulis
sekitar tahun 1930-an Kiai Arwani menulis kitabnya lengkap sebanyak 30 juz
al-Quran (terdiri dari 3 jilid), dengan tujuan agar tidak terjadi kerancuan
dalam memahami qira’at sab’ah. Tujuan
lain dari mempelajari qira’at al-Quran
adalah untuk menjaga otentisitas al-Quran itu sendiri, disamping itu, ada misi
untuk memberikan ‘propaganda’ agar Muslim mau belajar dengan sungguh- sungguh
(khususnya dalam qira’at al-Quran).
Sesuai judulnya,
Kiai Arwani juga sengaja tidak mengambil pendapat lain dari selain tujuh imam qira’at yang tertuang dalam kitabnya,
hal ini seolah mengindikasikan bahwa Kiai Arwani sepakat bahwa qira’at yang mutawatir hanyalah qira’at sab’ah.
Beberapa hal yang menjadi penting bagi Kiai
Arwani adalah tentang waqaf pada
setiap awal ayat, argumentasi yang dibangun adalah karena hal tersebut
merupakan perintah Nabi (marfu’),
salah satu cara menjaganya adalah dengan struktur kata dalam al-Qur’an, agar
memudahkan bagi pemula yang ingin mempelajari kebahasaan al-Qur’an[5].
b. Penulis
Kitab-Kitab Ilmu Qira’at
Ada tujuh orang
imam yang terkenal sebagai ahli qira'at di seluruh dunia yang sering disebut
juga dengan "Qurra' as-Sab'ah"
mereka adalah ulama-ulama yang terkenal hafalan, ketelitian dan cukup lama
menekuni dunia qira'at serta telah disepakati untuk diambil dan dikembangkan
qira'atnya. Para ulama juga memilih tiga orang selainnya yang qira'atnya
dipandang shahih dan mutawattir,
sehingga jumlahnya menjadi 10 orang imam qira'at atau lebih dikenal dengan
istilah "alQurra' al-asyrah" . Qira'at di luar yang sepuluh ini
dipandang syadz.
Penulisan ilmu qira’at sendiri dimulai pada
masa tadwin atau setelah masa tabi’in dan pengikutnya. Yang banyak
disebut-sebut menuliskan ilmu qiraat di masa awal-awal itu antara lain :
• Yahya bin Ya’mur (w. 90 H), salah satu diantara murid Abul Aswad
Ad-Duali.
• Kemudian berturut-turut ada Abdullah bin Amir (w 118 H)
• Aban bin Taghlib al-Kufi (w 141 H)
• Muqatil bin Sulaiman (w 150 H)
• Abu 'Amr bin al-'Ala al-Bashri (w 156 H)
• Hamzah bin Habib az-Zayyat (w 156 H)
• Harun bin Musa al-A'war (w 170 H)
• Al-Akhfasy al-Kabir (w 177 H)
• Al-Kisa'i (w 189 H)
• Ya'qub al-Hadrami (w 205 H)
• Abu ´Ubaid al-Qasim bin Sallam (w 224 H)
• Abu Umar, Hafsh bin Umar ad-Duri (w 246 H)
• Abu Hatim as-Sijistani (w 255 H)
Sebagian
mengatakan bahwa Abu Ubaid-lah sebenarnya orang yang pertama kali menulis kitab
Ilmu Qira'at. Dia telah menghimpun bacaan 25 Imam, termasuk Imam Tujuh yang
terkenal itu.
Beberapa ulama
yang menulis kitab ilmu qira’at yang terkenal, diantaranya:
1. Asy-Syatiby
Nama lengkap
beliau adalah al-Qasim bin Firruh (dalam
bahasa Spanyol berarti besi) bin Khalaf bin Ahmad al-Raiyni al-Dharir (buta)
asy-Syatibi al-
Andalusi. Kuniyah-nya adalah Abul Qasim. Kata “asy-Syatibi”
dinisbatkan kepada kota Xativa di Spanyol. Harap dibedakan dari asy-Syatibi
yang bernama lengkap Abu Ishaq Ibrahim bin Musa (pakar maqashid syariah) 790
H. Ia termasuk ulama kreatif. Berkat
inovasinya, para pengaji ilmu qira'at bisa lebih mudah mempelajari disiplin
yang mereka tekuni. Karya paling monomental Imam asy-Syatibi adalah Hirz
al-Amani wa Wajh al-Tahani fi al-Qira’at al-Sab’i atau yang lebih dikenal
dengan Matan Syatibi. Pada dasarnya
pokok pemikiran Imam asy-Syatibi dapat digambarkan dalam karya-karyanya. Ia
ibarat potret pemikirannya dalam mendukomentasikan ilmu qira’at Al-Qur’an. Oleh
karena itu, untuk mengentahui pokok-pokok pemikiran asy-Syatibi dapat dilihat
dari dua hal; teori penulisan ilmu qira’at dan rumusan-rumusan dalam ilmu
qira’at.[6]
Penulisan teori ilmu qira’at yang
berkembang sebelum asy-Syatibi menggunakan prasa berbentuk natsar bukan
qashidah, sehingga bagi sebagian para penuntut ilmu hal ini dianggap sulit
untuk dihafal sebab dalam setiap teori bacaan ada yang sama dan ada yang berbeda.
Terlebih jika harus menisbatkan setiap bacaan kepada penukilnya. Untuk memudahkan para penuntut ilmu untuk
memahami dan menghafal teori ilmu Qira’at, Imam asy-Syatibi melakukan inovasi
baru dalam penulisan ilmu qira’at yaitu menyusunnya dalam bentuk
qashidah. Karya ini bernama “Hirz al-Amani wa Wajh al-Thahani
fi al-Qira’at alSab’I” atau dikenal dengan “Matan asy-Syatibi”.
Penyusunan kitab ini terinspirasi dari
kitab “al-Taisir fi al-Qira’at alSab’I” karya Imam Abu Amr al-Dani (w. 444 H).
Dia pun dalam sistematika pembahasannya mengikuti alur dan jalur yang
disampaikan oleh al-Dani. Meskipun ada beberapa perbedaan antara al-Dani dan
asy-Syatibi. Misalkan dalam durasi qashr dan mad, Imam asy-Syatibi membagi
tiga; pendek dua harakat, tasawwuth empat harakat dan isyba’ enam harakat.
Sementara al-Dani mengklasifikasi secara rinci; pendek dua harakat, fuwaiq
al-Qashr tiga harakat, tawassuth empat harakat, fuwaiq al-Tawassuth lima
harakat dan isyba’ enam harakat.
2. Imam At-Thobari
Imam al-Tabari atau
nama penuhnya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kathir bin Ghalib, Abu Ja’far
al-Tabari (Shams al-Din Ahmad bin Muhammad, t.th) tidak asing lagi dalam dunia
Islam sebagai seorang Imam dan ulama besar sehingga mencapai tahap sebagai
mujtahid mutlak. Beliau dilahirkan di tempat bernama Amal sebuah Bandar yang
terbesar di Tabaristan, (Shihab al Din Abi Abd Allah Yaqut bin Abd Allah
al-Hamawi, t.th) pada akhir tahun 224H1 atau awal 225H. Beliau juga masyhur
dikalangan cendekiawan Islam melalui karangan-karangan beliau yang sangat hebat
serta tinggi kedudukannya dalam disiplin ilmu Islam. Antaranya kitab tafsir
beliau yang berjudul Jami’ al-Bayan
‘an Ta’wil Ay al-Qur’an yang dianggap sebagai Ummahat al-Kutub
dalam pengajian ilmu-ilmu Islam. Ia banyak membincangkan isu-isu berkaitan
qiraat serta memasukkan perbahasan khilaf qiraat ke dalam penafsirannya[7].
3. Imam Ibnu Mujahid
Beliau
adalah Ahmad bin Musa bin Al 'Abbas bin Mujahid At Taimi Al
Baghdadi.
Dilahirkan di sebuah daerah yang dinamakan Suq Al 'Athasy di
kota Bagdad pada tahun 245 H. Beliau meninggal dunia pada hari
Rabu pada tanggal 11 Sya'ban tahun 324 H.[8] Ibnu
Mujahid adalah seorang yang tekun dalam menuntut ilmu. Hingga bila dihitung,
guru-gurunya lebih dari lima puluh orang. Namun dalam makalah ini tidak
semuanya disebutkan.diantaranya;Abdurrahman bin Abdus, Muhammad bin Abdurrahman
al Makhzumi al Maky, Abdullah bin Katsir al Muadib al Bagdadi. Beliau juga
mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya, diantaranya; Abu Tohir Abdul Wahid
bin Umar bin Abi Hisyam, Al Hasan bin
Said al Mathu’i, Abu Ahmad Abdullah bin al
Husain as Samiri.
Ibnu Mujahid
adalah seorang ulama' qira’at yang menaruh perhatian besar terhadap ilmu
qirā‘at. Bukan hanya itu, tetapi perhatian yang begitu besar juga terhadap ilmu
qirā‘at, beliau juga mengarang sebuah kitab tentang qira’at yang berjudul
al-Sab'ah fi al-qira’at.
Dalam kitab tersebut Ibnu Mujahid hanya
memilih tujuh orang imam dari ratusan imam-imam qira‘at yang ada pada masa
tersebut. Pemilihan ketujuh imam qirā‘at ini didasarkan pada syarat-syarat
tertentu yang dia tetapkan. Imam Ibnu Mujahid juga membaginya berdasarkan
wilayah-wilayah yang terkenal dengan ilmu pengetahuan dan qira’at pada masa
itu.Wilayah-wilayah tersebut adalah; Madinah, Makkah, Damaskus, Syam, Basrah
dan Kufah. Kota-kota inilah yang menjadi tujuan pengiriman mushaf Utsmani pada
masa khalifah ketiga, Khalifah Utsman bin Affan.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya kitab-kitab tentang ilmu qira’at merupakan kemudahan
untuk memahami ilmu qira’at. Para ulama dan penulis kitab-kitab tersebut
berusaha menjadikan karya mereka sebagai solusi untuk memahami qira’at Al
Qur’an. Para penulis kitab-kitab tersebut tentunya merupakan ulama yang ahli
dalam bidang ilmu qira’at sehingga kitabkitabnya tentu dapat dijadikan rujukan
ilmu qira’at.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi
dari makalah ini. Namun penulis tetap berharap apa yang telah ditulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sarwat, ilmu Qira’at, Rumah Fikih Publishing: Jakarta
Ibnu al Jazary
ad Dimasyqi, Ghoyatu an Nihayah fi
Tobagati al Qura', (Dar al Kutub al 'Ilmiah; Baerut tth),
Jamal, K. (2020). Pengantar Ilmu Qira'at. Yogyakarta: Klaimedia.
Jannah, Zuhrupatul. "PERANAN
IBNU MUJAHID DALAM TERBENTUKNYA QIR?’AT
SAB’AH: Kajian
Kitab As-Sab’ah Fi Al-Qir?’ah." el-Umdah 2.2 (2019)
Qurthubi. (1993). Al Jami' Li Ahkam Al Quran. Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiyah.
Romlah Widayati, dkk, Serial Qira’at Buku I Modul Pembelajaran
Ilmu Qira’at, Sarwat, A. (t.thn.). Ilmu
Qiraat. Jkarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing.
Suheli, A. (2019). Qiraat Al-Quran. Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, 1-6. Misnawati.
(2014). Qiraat Al-Quran dan Pengararuhnya terhadap Istimbath Hukum. Jurnal Mudarissuna,
Umar, R. (2019). Qiraat Al-Quran. Jurnal Al Asas, 35-41
Yusof,
Nor Hafizi Bin, et al. "Ketokohan al-Tabari Dalam Ilmu Qiraat dan
Pandangan Beliau Terhadap Al-Ahruf Al-Sab’ah." Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari 10 (2015)
[1] Romlah Widayati, dkk, Serial Qira’at Buku I Modul Pembelajaran
Ilmu Qira’at, hlm 30
[2]
https://tafsiralquran.id/mengenal-kitab-as-sabah-fi-al-qiraat-1-karya-ibnu-mujahid/
[3]
https://alif.id/read/autad/mengupas-kitab-taysir-fii-qiraat-as-saba-karya-abu-amr-ad-danib226484p/
[4] Ahmad Sarwat, ilmu Qira’at, Rumah Fikih Publishing:
Jakarta Selatan
[5]
https://pecihitam.org/kitab-faidhul-barakat-karya-kiai-arwani/
[6] Sumber:
https://nu.or.id/ilmu-al-quran/kontribusi-besar-imam-asy-syatibi-dalam-ilmu-qira-at-al-qur-anXEith
[7] Yusof,
Nor Hafizi Bin, et al. "Ketokohan al-Tabari Dalam Ilmu Qiraat dan
Pandangan Beliau Terhadap Al-Ahruf Al-Sab’ah." Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari 10 (2015): 81.
[8] Ibnu al Jazary ad
Dimasyqi, Ghoyatu an Nihayah fi Tobagati
al Qura', (Dar al Kutub al 'Ilmiah; Baerut tth), hal: 61.
[9] Jannah,
Zuhrupatul. "PERANAN IBNU MUJAHID
DALAM TERBENTUKNYA QIR?’AT SAB’AH: Kajian Kitab As-Sab’ah Fi Al-Qir?’ah."
el-Umdah 2.2 (2019) h. 205.
0 Komentar